Selasa, 06 Desember 2011

"PENYESALAN SEORANG IBU"(kisah nyata)


Kisah nyata ini sengaja saya share agarkalian dapat mensyukuri semuanikmat yang telah Allah berikankepada kita. JANGAN BENCI AKU MAMA
Dua puluh tahun yang lalu sayamelahirkan seorang anak laki-laki,wajahnya lumayan tampan namunterlihat agak bodoh. Sam, suamiku,memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwaanak ini memang agak terbelakang.Saya berniat memberikannyakepada orang lain saja untukdijadikan budak atau pelayan.Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa sayamembesarkannya juga. Di tahunkedua setelah Eric dilahirkan sayapun melahirkan kembali seoranganak perempuan yang cantik mungil.Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica,demikian juga Sam. Seringkali kamimengajaknya pergi ke tamanhiburan dan membelikannya pakaiananak-anak yang indah-indah.Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stelpakaian butut. Sam berniatmembelikannya, namun saya selalumelarangnya dengan dalihpenghematan uang keluarga. Samselalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sammeninggal dunia. Eric sudah berumur4 tahun kala itu. Keluarga kamimenjadi semakin miskin denganhutangyang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akanmembuat saya menyesal seumurhidup. Saya pergi meninggalkankampung kelahiran saya besertaAngelica. Eric yang sedang tertidurlelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuahgubuk setelah rumah kami lakuterjual untuk membayar hutang.Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun..telah berlalu sejak kejadian itu.Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. UsiaPernikahan kami telah menginjaktahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifatburuk saya yang semula pemarah,egois, dan tinggi hati, berubah sedikitdemi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur12 tahun dan kami menyekolahkandiadi asrama putri sekolah perawatan.Tidak ada lagi yang ingat tentang Ericdan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam.Malam di manasaya bermimpi tentang seoranganak. Wajahnya agak tampan namuntampak pucat sekali. Ia melihat kearah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya linducekali pada Mommy !” Setelah berkata demikian ia mulaiberanjak pergi, namun sayamenahannya, “Tunggu …, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamuanak manis ?” “Nama saya Elic, Tante. ” “Eric? Eric … Ya Tuhan! Kau benar- benar Eric ?” Saya langsung tersentak danbangun. Rasa bersalah, sesal danberbagai perasaan aneh lainnyamenerpa diri saya saat itu juga.Tiba-tiba terlintas kembali kisahironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepalasaya. Baru sekarang sayamenyadari betapa jahatnyaperbuatan saya dulu.Rasanyaseperti mau mati saja saat itu. Ya,saya harus mati …, mati …, mati … Ketika tinggal seinchi jarak pisauyang akan saya goreskan kepergelangan tangan, tiba-tibabayangan Eric melintas kembali dipikiran saya. Ya Eric, Mommy akanmenjemputmu Eric … Sore itu saya memarkir mobil birusaya di samping sebuah gubuk, danBrad dengan pandangan heranmenatap saya dari samping. “Mary, apa yang sebenarnya terjadi ?” “Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelahsayamenceritakan hal yang telah sayalakukan dulu. ” tTpi aku menceritakannya juga denganterisak-isak … Ternyata Tuhan sungguh baik kepadasaya. Ia telah memberikan suamiyang begitu baik dan penuhpengertian. Setelah tangis sayareda, saya keluar dari mobil diikutioleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yangterbentang dua meter dari hadapansaya. Saya mulai teringat betapagubuk itu pernah saya tinggalibeberapa bulan lamanya danEric..Eric … Saya meninggalkan Eric di sana 10tahun yang lalu. Dengan perasaansedih saya berlari menghampirigubuk tersebut dan membuka pintuyang terbuat dari bambu itu. Gelapsekali … Tidak terlihat sesuatu apa pun! Perlahan mata saya mulaiterbiasa dengan kegelapan dalamruangan kecil itu.Namun saya tidak menemukansiapapun juga di dalamnya. Hanyaada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambilseraya mengamatinya denganseksama … Mata mulai berkaca- kaca, saya mengenali potongan kaintersebut sebagai bekas baju bututyang dulu dikenakan Eric sehari-harinya … Beberapa saat kemudian, denganperasaan yang sulit dilukiskan, sayapun keluar dari ruangan itu …. Air mata saya mengalir dengan deras.Saat itu saya hanya diam saja.Sesaat kemudian saya dan Bradmulai menaiki mobil untukmeninggalkan tempat tersebut.Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempatkaget sebab suasana saat itu gelapsekali. Kemudian terlihatlah wajahorang itu yang demikian kotor.Ternyata ia seorang wanita tua.Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur sayadengan suaranya yang parau
Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau. “Heii …! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari ?!” Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini ?” Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk! Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya disini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy …, mommy !’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu …” Saya pun membaca tulisan di kertas itu … “Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi …? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom …” Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan … katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan.. !!” Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras. “Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana … Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini … Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana. ” Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi. (kisah nyata diIrlandia utara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar